Jum'at, 26 September 2008 15:33 WIB
Perundingan damai konflik Thailand Selatan dirintis akhir pekan lalu yang dimediasi Jusuf Kalla. Namun Kalla mengaku sangat terpukul dengan komentar jurubicara Kepresidenan Dino Patty Djalal yang berbuntut ketersinggungan Pemerintah Thailand sehingga mengancam proses perundingan.
Dino, hari Minggu (21/9) lalu memberikan pernyataan ke media massa soal perundingan konflik Thailand Selatan. Dalam komentarnya Dino sempat menyinggung materi pembicaraan bahwa perundingan mencapai sejumlah prinsip yang penting meski ada sejumlah posisi sulit yang masih harus dijembatani.
Perundingan damai konflik Thailan Selatang di mediasi Jusuf Kalla di Istana Bogor Sabtu-Minggu pekan lalu.
“Waduh, begitu keluar statemen itu (Dino Patty Djalal) saya betul-betul terpukul,” kata Kalla gusar saat jumpa pers di kantor Wapres, Jumat (26/9) menanggapi peryataan Dino Patty Djalal.
Komentar Dino tersebut, tutur Kalla berdampak luas di Thailand yang mengancam kelangsungan perundingan damai.
“Terjadi perdebatan yang hangat di Thailand yang tidak perlu, saya menjadi tidak enak. Begitu kita tidak jaga etika, buyar, bukan buyar disini tetapi di negara orang,” tegas Kalla dengan bibir bergetar.
Kalla mengaku talah menegur Dino yang seharusnya menjaga etika dan kepercayaan. Pernyataan Dino adalah inisiatif pribadi dan belum mendapat instruksi dari Wapres.
“Yang kita perlukan trust negara. negara tdk boleh membocorkan apa yg dibicarakan. Itu etika. Karena saya mewakili negara, orang fikir negara yang membocorkan. Padahal tidak ada instruksi dari saya,” geram Kalla.
Kalla menuturkan etika dan pengetahuan menjadi mediator harus betul-betul dipahami. Karena itu Kalla menyatakan tidak memberikan informasi kepada pers. Jikapun ada satu atau dua orang wartawan itu, sekedar untuk merekam dan bisa menulis dengan tuntas setelah perundingan berhasil. Tujuannya semata-mata untuk pelajaran ke depan.
“Itu permasalahan etika dan pengetuhan tentang perdamaian harus dipahami. Karena itu dimana-mana saya tutup dari Anda,” terangnya.
Kalla dalam kesempatan itu berkali-kali menekankan persoalan etika yang harus dijaga mediator. “Ribut itu di Thailand, bisa gagal itu perundingan hanya gara-gara karena kita tidak tahu etika,” sesal Kalla.
Kalla menambahkan untuk mempertemukan dua pihak yang bertikai, mediator haruslah benar-benar bisa dipercaya kedua belah pihak. Untuk itu syarat utama mediator yaitu menjaga etika harus benar-benar dijalankan.
Kalla mencontohkan mediator seharusnya tidak memberikan komentar mengenai materi perundingan tanpa seijin pihak yang berunding.
“Saya sudah tanya ke mereka apakah mau bicara dengan pers, jawabannya tidak, tidak. Maka saya tidak kasih komentar. Kalau mediator mengeluarkan isi pembicaraan itu melanggar etika,” papar Kalla.
Mengenai pernyataan pihak Thailan bahwa delegasi yang dikirim bukan dari pemerintah, Kalla menepisnya. Menurut Kalla, tidak banyak pihak yang tahu termasuk Departemen Luar Negeri Thailand yang beberapa waktu lalu memberikan pernyataan tidak ada delegasi pemerintah Thailand yang dikirim.
“Yang memberi mandat itu lebih dari Menlu, siapa bilang tidak resmi. Satu dua orang tidak mengerti karena pertemuan sangat tertutp. Delegasi sangat resmi dengan mandat atasannya Menlu Thailand,” lanjut Kalla.
Kalla juga menyentil Deplu Thailand yang seharusnya tidak berkomentar karena permasalahan adalah konflik dalam negari Thailand. Jika Deplu yang berkomentar maka terkesan menjadi masalah luar negari
“Sama dulu Indonesia (perjanjian Helsinski) Deplu tidak ikutan. Kalau Deplu ikut, itu jadi masalah luar negeri. Padahal konflik adalah masalah dalam negeri,” jelas Kalla. (Fud)